MERAIH BULAN by: Hasna kelas 6B
“Jean, Kazuha, Hu, Lynette, aku ingin mempercayai kalian untuk misi ini.” Ujar Ketua. Ia memberikan sebuah kertas yang berisi tentang sebuah misi. Misi tersebut adalah “Pergi Lebih Dekat” yang berisi tentang misi-misi untuk mempelajari bulan lebih dekat lagi.
“Tetapi seharusnya kamu bisa mengirim satelit saja, bukan?” ucap Hu. Karena Hu berpikir bahwa misi ini bisa saja dikerjakan dari jarak jauh antara Bumi dan Bulan.
“Benar, tetapi ini kesempatan kalian. Kalian jarang dikirim untuk misi-misi seperti ini, kan?” Sang ketua mencoba untuk meyakinkan rekan-rekannya.
“Benar.” Sahut 4 sahabat kompak secara bersamaan.
“Oke. Berarti memang sudah waktunya untuk kalian yang berangkat menjalankan misi ini. Roketnya sudah disiapkan, kalian hanya perlu menyiapkan diri.” Kata Ketua sambil tersenyum karena berhasil meyakinkan rekan-rekannya.
“Jean, kamu yang memimpin misi ini, ya. Aku percayakan misi ini kepadamu.” Ujar sang Ketua kepada Jean.
2 hari kemudian, tibalah saat mereka untuk berangkat ke bulan menggunakan sebuah roket luar angkasa. “Apakah kalian sudah siap?” tanya seorang engineer yang bertugas untuk memberi aba-aba peluncuran roket di darat melalui alat komunikasi yang terhubung di dalam pesawat ruang angkasa kepada seluruh awak kapal yang bertugas di roket tersebut.
“Siap!” sahut Jean dengan tegas.
“Oke. Kita akan meluncur dalam hitungan mundur, tiga… dua… satu…” roket pun meluncur menuju ruang angkasa.
“Baiklah, menurut perkiraan, tim kalian akan tiba di bulan dalam waktu kurang lebih 75 jam. Jaga diri kalian masing-masing. Selamat bertugas!” ucap engineer mengakhiri percakapan mereka.
“Oke. Mohon perhatian, seluruh awak kapal dipersilakan untuk beristirahat. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar 75 jam.” Ucap Jean kepada seluruh rekan-rekannya yang berada di dalam roket.
“Aku lapar.” Keluh Lynette kepada Kazuha.
“Aku juga lapar. Bagaimana kalau kita makan saja?” sahut Kazuha sambil mengajak Lynette untuk menuju pantry. Tetapi Jean masih terdiam di depan alat komunikasi mereka.
“Jean, kamu sedang apa? Apa yang mau kamu lakukan setelah ini? Bukankah komunikasi kita dengan engineer di darat sudah selesai?” tanya Hu yang heran melihat Jean.
“Ah, aku akan berkeliling saja sambil memantau kondisi roket kita.” Jawab Jean sambil berlalu.
“Oke. Aku akan berolahraga sebentar. Jika kau butuh aku, kau tahu aku ada dimana.” Ucap Hu sambil berlalu pula mendahului Jean. Jean pun mulai mengelilingi roket.
Saat berkeliling, Jean merasa ada yang salah di salah satu bagian mesin roket. Tanpa piker panjang, Jean langsung menuju pantry untuk menemui rekan-rekannya yang lain.
“Jean, ada masalah apa? Mengapa wajahmu begitu cemas?” tanya Lynette yang bingung karena tiba-tiba Jean masuk dengan wajah tegang. Tetapi sepertinya Jean masih enggan untuk memberitahu kepada teman-temannya bahwa ada sesuatu yang salah di mesin roket mereka.
“Tidak, aku baik-baik saja. Mm, aku hanya lapar. Apa kau masih punya makanan? Boleh aku minta?” jawab Jean gugup.
“Jean, ada apa? Katakan saja.” Kazuha masih berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan Jean dan berharap Jean akan mengatakan apa yang terjadi kepada mereka. Jean pun mengambil makanan yang diberikan oleh Lynette, kemudian makan sembari merenung.
Kemudian Jean dikagetkan dengan Lynette. “Jean, habiskan saja makanannya. Aku tahu kamu pasti sangat lapar.” Ucap Lynette berusaha menetralisir atmosfer yang sempat menegang. “Ah, maaf, maaf.” Sahut Jean sambil melanjutkan makannya. Setelah selesai makan, Lynette mengatakan kepada Hu bahwa Jean sedang tidak baik-baik saja. Malam pun tiba, Hu berusaha untuk tetap berada di samping Jean.
Sudah 30 jam mereka berada di ruang angkasa. Berarti masih tersisa 45 jam lagi untuk bisa mendarat di bulan. Tiba-tiba terdengar suara asing dari ruang kendali mesin roket. Jean, Hu, Kazuha, dan Lynette langsung terburu-buru menuju ruang kendali mesin, mereka yakin sekali ada yang tidak beres disana entah apa.
“Kazuha! Hubungi engineer! Kita dalam bahaya!” seru Jean sambil berusaha memperbaiki kerusakan sebisanya.
Kazuha langsung bergegas menuju ruang komunikasi untuk menginfokan kepada engineer di darat bahwa telah terjadi kerusakan pada mesin pesawat ruang angkasa mereka. Sedangkan Jean, Hu, dan Lynette masih terus berusaha untuk memperbaiki mesin yang rusak sebisa mereka. Sialnya Kazuha kembali ke ruang kendali mesin dengan wajah sangat panik. “Alat komunikasinya tidak berfungsi! Aku tidak bisa menghubungi engineer. Kita harus bagaimana?” seru Kazuha kepada rekan-rekannya yang lain.
“Semuanya, bersiaplah!” Jean memberi aba-aba kepada rekan-rekannya. Ia mencoba untuk menghubungkan beberapa kabel yang terputus. Akan tetapi… DUAR! Roket mereka meledak di ruang angkasa yang sepi dan kosong. Semuanya hancur lebur. Tak ada satupun dari mereka yang selamat. Mereka mati, hilang, sebelum sempat meraih bulan.